Peristiwa penggalian
sumur Zamzam diceritakan secara lengkap di dalam kitab Dalailun Nubuwwah oleh
Imam Baihaqy rahimahullah dengan sanad yang shahih dari Ali bin Abi Thalib, ia
berkata : Abdul Muthalib berkata : Saya tidur di Hijr, tiba-tiba datang seseorang
kemudian berkata : Galilah Thaibah! Saya bertanya : Apa itu Thaibah? Kemudian
ia pergi begitu saja. Esok harinya, saya kembali tidur kemudian datang lagi
untuk kedua kalinya dan berkata : Galilah Barrah? Saya bertanya : Apa itu
Barrah? Kemudian dia pergi begitu saja. Untuk ketiga kalinya dia datang dalam
mimpi saya dan berkata : Galilah Madhmunah? Saya berkata : Apa itu Madhmunah?
Kemudian dia pergi begitu saja. Di hari keempat, dia datang lagi dalam mimpi
saya dan berkata : Galilah Zamzam? Saya bertanya : Apa itu Zamzam? Dia menjawab
: Tidak akan habis dan tidak dicela. Dia memberikan minum kepada jamaah haji
yang jumlahnya banyak. Ia berada di antara kotoran dan darah, dekat patokan
gagak a'sham, dekat koloni semut.
Setelah Abdul
Muthalib yakin akan kebenaran mimpinya dan memiliki gambaran yang jelas lokasi
yang ditunjukkan, dengan membawa alat seadanya dan ditemani oleh putra
satu-satunya, Abdul Muthalib berangkat menuju lokasi dan melakukan penggalian.
Ketika batu penutup mulut sumur terlihat, Abdul Muthalib bertakbir. Orang-orang
Quraisy yang berada di sekitar lokasi mendengar takbiran Abdul Muthalib dan
sadar bahwa Abdul Muthalib telah menemukan apa yang dicari. Mereka bergegas
menemui Abdul Muthalib dan berkata : "Wahai Abdul Muthalib, itu adalah sumur
bapak kita, dan kami pun punyak hak padanya, maka ikut sertakan kami bersamamu
dan berilah bagian untuk kami". Abdul Muthalib menimpali : "Aku tidak
akan melakukannya. Ini dikhususkan bagiku dan diberikan hanya kepadaku, bukan
kalian". Orang-orang Quraisy berkata : "Berlaku adillah, karena kami
tidak akan membeiarkanmu hingga kami menggugatmu dan membawanya ke ranah
hukum". Abdul Muthalib berkata : Silahkan tunjuk seseorang yang kalian mau
untuk menjadi hakim antara kita". Kemudian orang-orang Quraisy menunjuk Hudzaim,
seorang dukun bani Sa'd yang tinggal di sebuah dataran tinggi di negeri Syam
sebagai hakim dan disetujui oleh Abdul Muthalib.
Dua rombongan,
rombongan Abdul Muthalib yang ditemani oleh saudara dan paman-pamannya dan
rombongan utusan kabilah Quraisy berangkat dari kota Mekah menuju negeri Syam
melewati gurun sahara yang tandus. Di tengah perjalanan rombongan Abdul
Muthalib kehabisan air dan bila keadaan ini terus berlanjut, bisa-bisa mereka
akan mati satu persatu sehingga mereka mencoba meminta air kepada rombongan
utusan kabilah Quraisy, tapi tidak mendapat respon yang baik. Melihat penolakan
orang-orang Quraisy dan khawatir sesuatu menimpa rombongannya, Abdul Muthalib
bermusyawarah dengan rombongannya dan diputuskan bahwa tiap-tiap orang supaya
menggali lubang kuburannya masing-masing sehingga bila salah seorang di antara
mereka mati, teman-temannya yang lain tinggal memasukkannya ke kuburannya tanpa
bersusah payah melakukan penggalian, ini lebih baik dan tidak memberatkan yang
lain. Setelah lubang-lubang sudah siap, mereka menanti ajal dalam kondisi
dahaga yang sangat.
Abdul Muthalib
berubah pikiran dan berkata : "Tindakan kita pasrah menunggu kematian
tanpa berusaha merupakan tindakan orang lemah". Kemudian Abdul Muthlaib
mengajak romgongannya untuk mencari air di tempat lain. Akan tetapi, ketika
Abdul Muthalib naik ke atas tunggangannya, dan hewan tunggangannya bangkit dari
posisinya, tiba-tiba air tawar memancar dari bawah kaki hewan tunggangannya.
Abdul Muthalib yang melihat air bertakbir yang disertai takbiran rombongannya.
Kemudian mereka minum dari air itu dan mengajak rombongan orang-orang Quraisy
untuk ikut serta bersama mereka.
Rombongan
utusan kabilah Quraisy yang menyaksikan kejadian yang dialami rombongan Abdul
Muthalib, mereka menyadari keutamaan dan kemuliaan yand dimiliki oleh Abdul
Muthalib dan mereka berkata kepadanya : "Wahai Abdul Muthalib, sungguh
demi Allah engkau telah memenangkan perkara ini, kami tidak akan menggugatmu
lagi tentang sumur Zamzam. Yang memberimu air di tempat yang tandus ini, Dialah
yang memberimu Zamzam, maka kembalilah kepadanya, jaga dan uruslah ia dengan
baik".
coba satu
BalasHapus