Selasa, 15 Desember 2015

Peristiwa Penggalian Sumur Zamzam

Peristiwa penggalian sumur Zamzam diceritakan secara lengkap di dalam kitab Dalailun Nubuwwah oleh Imam Baihaqy rahimahullah dengan sanad yang shahih dari Ali bin Abi Thalib, ia berkata : Abdul Muthalib berkata : Saya tidur di Hijr, tiba-tiba datang seseorang kemudian berkata : Galilah Thaibah! Saya bertanya : Apa itu Thaibah? Kemudian ia pergi begitu saja. Esok harinya, saya kembali tidur kemudian datang lagi untuk kedua kalinya dan berkata : Galilah Barrah? Saya bertanya : Apa itu Barrah? Kemudian dia pergi begitu saja. Untuk ketiga kalinya dia datang dalam mimpi saya dan berkata : Galilah Madhmunah? Saya berkata : Apa itu Madhmunah? Kemudian dia pergi begitu saja. Di hari keempat, dia datang lagi dalam mimpi saya dan berkata : Galilah Zamzam? Saya bertanya : Apa itu Zamzam? Dia menjawab : Tidak akan habis dan tidak dicela. Dia memberikan minum kepada jamaah haji yang jumlahnya banyak. Ia berada di antara kotoran dan darah, dekat patokan gagak a'sham, dekat koloni semut.

Setelah Abdul Muthalib yakin akan kebenaran mimpinya dan memiliki gambaran yang jelas lokasi yang ditunjukkan, dengan membawa alat seadanya dan ditemani oleh putra satu-satunya, Abdul Muthalib berangkat menuju lokasi dan melakukan penggalian. Ketika batu penutup mulut sumur terlihat, Abdul Muthalib bertakbir. Orang-orang Quraisy yang berada di sekitar lokasi mendengar takbiran Abdul Muthalib dan sadar bahwa Abdul Muthalib telah menemukan apa yang dicari. Mereka bergegas menemui Abdul Muthalib dan berkata : "Wahai Abdul Muthalib, itu adalah sumur bapak kita, dan kami pun punyak hak padanya, maka ikut sertakan kami bersamamu dan berilah bagian untuk kami". Abdul Muthalib menimpali : "Aku tidak akan melakukannya. Ini dikhususkan bagiku dan diberikan hanya kepadaku, bukan kalian". Orang-orang Quraisy berkata : "Berlaku adillah, karena kami tidak akan membeiarkanmu hingga kami menggugatmu dan membawanya ke ranah hukum". Abdul Muthalib berkata : Silahkan tunjuk seseorang yang kalian mau untuk menjadi hakim antara kita". Kemudian orang-orang Quraisy menunjuk Hudzaim, seorang dukun bani Sa'd yang tinggal di sebuah dataran tinggi di negeri Syam sebagai hakim dan disetujui oleh Abdul Muthalib.

Dua rombongan, rombongan Abdul Muthalib yang ditemani oleh saudara dan paman-pamannya dan rombongan utusan kabilah Quraisy berangkat dari kota Mekah menuju negeri Syam melewati gurun sahara yang tandus. Di tengah perjalanan rombongan Abdul Muthalib kehabisan air dan bila keadaan ini terus berlanjut, bisa-bisa mereka akan mati satu persatu sehingga mereka mencoba meminta air kepada rombongan utusan kabilah Quraisy, tapi tidak mendapat respon yang baik. Melihat penolakan orang-orang Quraisy dan khawatir sesuatu menimpa rombongannya, Abdul Muthalib bermusyawarah dengan rombongannya dan diputuskan bahwa tiap-tiap orang supaya menggali lubang kuburannya masing-masing sehingga bila salah seorang di antara mereka mati, teman-temannya yang lain tinggal memasukkannya ke kuburannya tanpa bersusah payah melakukan penggalian, ini lebih baik dan tidak memberatkan yang lain. Setelah lubang-lubang sudah siap, mereka menanti ajal dalam kondisi dahaga yang sangat.

Abdul Muthalib berubah pikiran dan berkata : "Tindakan kita pasrah menunggu kematian tanpa berusaha merupakan tindakan orang lemah". Kemudian Abdul Muthlaib mengajak romgongannya untuk mencari air di tempat lain. Akan tetapi, ketika Abdul Muthalib naik ke atas tunggangannya, dan hewan tunggangannya bangkit dari posisinya, tiba-tiba air tawar memancar dari bawah kaki hewan tunggangannya. Abdul Muthalib yang melihat air bertakbir yang disertai takbiran rombongannya. Kemudian mereka minum dari air itu dan mengajak rombongan orang-orang Quraisy untuk ikut serta bersama mereka.

Rombongan utusan kabilah Quraisy yang menyaksikan kejadian yang dialami rombongan Abdul Muthalib, mereka menyadari keutamaan dan kemuliaan yand dimiliki oleh Abdul Muthalib dan mereka berkata kepadanya : "Wahai Abdul Muthalib, sungguh demi Allah engkau telah memenangkan perkara ini, kami tidak akan menggugatmu lagi tentang sumur Zamzam. Yang memberimu air di tempat yang tandus ini, Dialah yang memberimu Zamzam, maka kembalilah kepadanya, jaga dan uruslah ia dengan baik".

1 komentar: